Artikel
2022-04-25 | ITHB
Jurnal Shelly: Indahnya Benderang Gemintang di Ujung Ketaksaan

Pada satu titik, ia harus berdiri di simpang jalan untuk menentukan masa depannya. Salah memilih bisa berujung elegi karena matinya cita-cita yang diusung sejak remaja. Tak membuat pilihan, malah tambah sengsara karena pasti berhadapan dengan kesuraman akibat buyarnya rencana.

Shelly menetapkan hatinya untuk menjajal program studi Desain Komunikasi Visual (DKV) sebagai jembatan menuju karier gemilang di masa depan. Hasrat besar akan dunia seni desain, menjadi landasan memilih jurusan itu. Beasiswa yang ia peroleh dari Institut Teknologi Harapan Bangsa (ITHB) menjadi pembangkit asa yang kian menggelora untuk menggapai sukses sebagai seorang designer. Namun apa mau dikata, hasil test masuk cemerlang ternyata tidak bisa membantu dirinya mencicipi menu-menu Fakultas DKV ITHB yang memang sangat dikenal dengan kualitas yang mumpuni. Rasa ingin memiliki harus beradu dengan realita yang nyatanya tidak merestui.

Beberapa minggu jelang masa orientasi, kabar tak sedap menggelegar di kuping dara cantik yang memiliki karakter pekerja keras, visioner serta penuh semangat ini. Orang tua yang paling ia sayangi memintanya untuk berpaling dari DKV dan melabuhkan cita-cita pada sebuah program studi yang tidak ia sukai: Manajemen. Latar belakang papa dan mama di dunia entrepreneur rupanya memiliki bentangan visi masa depan yang berbeda ketika dilihat dari perspektif mereka yang ditempa pengalaman matang di belantara kehidupan. Bukan berarti DKV tidak menyimpan masa depan cemerlang. Bukan, bukan itu. Hanya saja, tidak ada individu yang mengenal Shelly lebih baik dari kedua orangtuanya, itu adalah hukum absolut sepasti gravitasi. 

Akhirnya I feel like lost banget, harus milih sesuatu yang bahkan gak aku suka sama sekali. Tapi karena kuliah masih dibiayain sama orang tua, akhirnya aku mutusin untuk oke, ikut aja daripada jadi masalah besar. Saat mutusin milih manajemen, aku berusaha untuk lihat dari sisi positifnya, mungkin memilih sesuatu yang baru ini bisa jadi tantangan dan peluang ke depannya untuk membuat diri jadi lebih baik lagi. For me, diam di zona nyaman maka kita gak akan berkembang.

Off she goes….

Melihat dari sisi positif baginya merupakan bagian dari self-compassion, bagaimana bersikap baik kepada diri sendiri bahkan ketika hal-hal tidak terjadi seperti yang diharapkan. Apa yang dia putuskan ternyata berbuah manis. Program studi Manajemen nyatanya menyimpan begitu banyak kejutan indah untuk ia nikmati. Mengikuti lentingan halus senandika, akhirnya terbayar lunas. Sederet prestasi berhasil ia ukir di program studi manajemen.

“Ternyata setelah menjalani kuliah, aku diperhadapkan dengan banyak kejutan yang gak terduga. Ada kesempatan menjabat ketua himpunan mahasiswa, bisa mengikuti berbagai lomba, bahkan diangkat sebagai asisten dosen. Tidak hanya itu, banyak  aktivitas lain yang semasa SMA dulu begitu aku takuti seperti berada di depan layar, bicara depan publik, atau berinteraksi sama banyak orang karena malu, perlahan mulai menghilang. Aku bisa berubah. Yang dulunya gak pede, jadi pede. Minder jadi lebih berani. Bisa dibilang aku belajar kalau setiap orang punya kesempatan untuk bisa kembangin diri mereka, asalkan memiliki kemauan dan keberanian.”

Tidak hanya itu, Shelly bahkan membentuk sebuah komunitas yaitu Himpunan Mahasiswa Manajemen di tahun 2019. Mengusung visi “Ignite Your Potential”, ia berharap ada banyak generasi muda yang bisa mengembangkan potensi diri mereka dengan maksimal selagi masih ada kesempatan dan peluang. Pada akhirnya, jika ada satu hal yang harus disesali adalah kurangnya waktu untuk ia “mengabdikan” kemampuannya untuk membangun mahasiswa ITHB. Hanya 2 tahun dan 11 bulan yang ia butuhkan untuk melahap semua materi kuliah sebelum akhirnya resmi menyandang gelar Sarjana Manajemen (SM).  Ia adalah aset kampus yang harus dilepaskan untuk tidak hanya mempengaruhi empat tembok universitas tapi menghasilkan dampak luas di dunia kerja yang begitu menantang tanpa batas.

Sejarah kerap mengulang dirinya sendiri. Program Studi Manajemen ITHB, entah untuk keberapa kalinya, kembali sukses melejitkan lagi satu pribadi yang memancarkan pesonanya bak indahnya kemilau arunika di ufuk timur.

Creative writer, author, content creator dan pegiat media sosial. Itulah Shelly Tiffany hari ini. Ia banyak menolong anak muda yang gamang ketika beranjak dewasa, dengan menolong mereka menemukan passion dan jati diri untuk berkembang. Tulisan-tulisannya banyak menjadi inspirasi. Dikutip dari personal akun Instagram nya @shellytiffany.st, ia berkata begini:

“The mind is the key, the heart is the door, the soul is corridor, and the universe is the destination. Hubungan antara pikiran, perasaan, dan perilaku adalah pemahaman dasar sebelum kita bisa memahami diri sendiri dan orang lain.“Be kind to your mind” dapat menjadi pengingat untuk bersikap baik dengan diri sendiri, terutama menjaga pikiran. Satu hal yang harus kita sadari sekarang adalah kita punya kendali penuh atas diri kita sendiri. Fokus pada hal yang paling bisa kita kendalikan, yaitu diri kita sendiri.”

Shelly tidak sedang mengada-ada melainkan bercerita dari pengalaman. Ia berhasil menaklukan pikiran dan dirinya sendiri ketika harus memilih antara DKV dan Manajemen. Ada banyak teruna-teruna muda yang terlilit rasa bingung dalam menentukan arah masa depan. Untuk itulah Shelly ada hari ini, menjadi mercusuar yang memancarkan cahaya supaya banyak kapal kehidupan yang tidak menabrak karang, tenggelam dan gagal mencapai destiny yang Tuhan rancangkan dalam hidup mereka. 

“Alright, untuk saat ini I work as a content creator on Instagram. Di mana sebenernya untuk ngonten di instagram itu udah lama, semenjak SMA. Tapi start setelah lulus kuliah, I feel di masa pandemi ini pengen share positivity dan edukasi ke banyak anak muda. Karena banyak anak muda yang ngerasa gak bisa berkembang di masa pandemi dan kehilangan arah. So, I started out buat kembangin konten mulai pertengahan 2020. Thankfully sekarang punya kurang lebih 30k followers. Bahkan dapat kesempatan juga buat collaborate dengan banyak pihak baik itu startup atau organization untuk jadi guest speaker di acara mereka. Selain itu currently I also work as a social media specialist di production house yang lokasinya ada di Jakarta. Di PH ini I work to manage social media, create content, buat strategi, dan tentunya collaborate sama pihak lain. Singkatnya PH ini bekerja sama dengan brand nasional maupun internasional. Client nya mayoritas branded companies. Seperti  CnF, The Powder Room, Citylink, Motorola Solutions, Wahana Visi Indonesia, Cremorlab, Tous, dll.”

Ia sedang membawa pengaruh. Baginya, masuk ke dunia kerja itu ibarat memulai sebuah kehidupan baru, ke dalam sebuah teritori yang kadang bersifat unknown. Tidak ada yang dikenal dan tidak ada juga yang mengenal siapa kita. Semua harus dimulai dari nol, ibarat menuang isi cangkir hingga kosong kemudian secara perlahan mengisinya kembali sampai penuh. Pengisian itu adalah gambaran sempurna dari sebuah rangkaian untuk kembali berproses, belajar dan berusaha mengembangkan diri.  

Last but not least, seandainya Shelly bertahan dengan keinginannya untuk ke DKV apakah ia akan berakhir dengan kegagalan? Tentu saja tidak. Dengan karakter yang ia miliki, Shelly bisa sukses di mana saja dengan ilmu apa saja yang ia punya. Tapi jika sukses hanya diukur dengan gelimangan uang, kita pasti salah. 

Ada satu hal yang tidak bisa dinilai dengan harta apapun: Mengubah hidup banyak orang dengan memindahkan mereka dari lorong gelap, menuju jalan terang benderang dengan koordinat pasti masa depan gemilang. Sungguh indah menyaksikan benderang gemintang di ujung ketaksaan.

Ah, ternyata keren juga kalau kita “tersesat di jalan yang benar….”