Artikel
2022-10-17 | ITHB
LIMA 2022: Galant in defeat, Arrows seals 4th place after tough game against UPH

Tim basket putra Institut Teknologi Harapan Bangsa (ITHB), Arrows, mengakhiri perjalanannya di Liga Mahasiswa (LIMA) Basket Nasional di urutan empat. Dalam pertandingan terakhir Minggu (16/10) di GOR Rawamangun Jakarta, Arrows harus mengakui keunggulan Universitas Pelita Harapan dengan skor akhir 46-58. 

Pada seri terakhir tahun ini mereka menjadi salah satu hot favorit untuk kembali naik di podium teratas. Hal ini dikarenakan tim Arrows berhasil menjadi kampiun pada edisi 2019 lalu.

Arrows sebetulnya tampil gacor di babak penyisihan grup. Tampil trengginas kala melibas UKSW, UPI serta Unpad, tiket ke semi-final pun diamankan sebagai juara Grup A. Namun memasuki fase knock out, mereka berturut-turut takluk dari Perbanas di semi-final dan UPH di perebutan tempat ke tiga. Tapi terlepas dari hasil yang ada, perjalanan Arrows tahun ini patut mendapat apresiasi. Mereka telah melakukan usaha terbaik. Bertarung dengan berani meski minim pengalaman berlaga di kasta teratas. Pun ketika harus berjibaku dengan pemain lawan berlabel IBL, anak-anak muda ini tidak terlihat inferior. 

Kalah menang dalam sebuah pertandingan adalah hal biasa. Terpenting adalah tidak memberikan kemenangan dengan mudah bagi tim lawan. Itulah yang dilakukan. Arrows stuck on very well to their game and really run their heart out in every match.

Finish di posisi empat bukan hal buruk namun sesuatu yang layak untuk dibanggakan. Mereka berlaga di level tertinggi liga mahasiswa. Tingkat nasional. Semua tim terbaik berkumpul dan bertarung untuk menjadi juara. Jika ada satu hal yang harus menjadi pekerjaan rumah, adalah mental bertanding para punggawa Arrows. Hal ini juga menjadi sorotan Coach Ricky Gunawan dan timnya, khususnya ketika menghadapi Perbanas di semi-final. 

“Game yang bagus bagi pemain untuk menambah jam terbang sekaligus jadi bahan pelajaran untuk bisa lebih baik di game berikutnya. Semua game yang dijalani di LIMA Nasional ini juga jadi bagian pembelajaran sekaligus menambah pengalaman bertanding di level nasional yang memang belum dimiliki oleh sebagian besar pemain tim ini. Masih banyak yang harus dibenahi, terutama dari segi mental. Kurangnya pengalaman mengakibatkan ketidaksiapan secara mental sehingga performa di lapangan tidak sebaik ketika di latihan,” tegas Coach Ricky mengomentari hasil semi-final.

Di latihan bisa bagus. Namun atmosfir pertandingan tentu berbeda. Senada dengan Coach Ricky, Coach Yohanes juga melihat masalah serupa di dalam Tim Arrows kali ini.

“Tim putra kemarin tampil under performance, bisa dilihat dari akurasi shooting yang kurang tajam dan juga control offense yang kurang bisa di lihat dari jumlah turn over yang cukup banyak,” jelasnya. 

Bukan perkara mudah bagi seorang pemain untuk memiliki mentalitas mumpuni ketika tampil dalam sebuah partai besar, dimana atmosfir pertandingan begitu tinggi. Belum lagi dengan tekanan untuk menang yang demikian besar. Bayang-bayang prestasi emas Arrows di tahun-tahun sebelumnya bisa juga menjadi beban tersendiri. 

Perbaikan untuk kembali bertanding di seri berikutnya wajib untuk dilakukan. Evaluasi harus segera digelar. Kekurangan mesti diperbaiki. Pengalaman bertanding di level elite tentu berpengaruh meski bukan selalu menjadi kunci kemenangan.

“Kalau dari game tadi (kontra Perbanas) memang kami bermain di bawah performa. Ya salah satu faktornya pengalaman yang minim karena ini merupakan pengalaman pertama kami semua bermain di liga mahasiswa nasional,” jelas Kapten Tim Arrows, Dyfano Caro Sabian.

Sebagai kapten tim, Dyfano tentu saja berkata jujur. Secara legowo, ia mengakui salah satu titik lemah tim yang dipimpinnya di lapangan. Ketika disinggung masalah mentalitas bertanding, ia dengan kesatria menyebut siap untuk menjadi lebih baik lagi ke depan. 

Pada akhirnya, there is no use crying over a spilled milk. Apapun hasil tahun ini mereka tetap akan dihargai, dicintai dan dihormati sebagai pembawa panji ITHB di bidang olahraga. Ketika pertandingan melawan Eagles UPH berakhir, para supporter berkaos kuning tetap terus berteriak memberikan dukungan. 

“We love you Arrows”. Begitu kata-kata di spanduk yang terbentang. Musim akan terus berganti. LIMA tahun ini sudah berakhir bagi Arrows. Tapi LIMA musim depan sudah menunggu. Di sana, pembuktian kembali harus diberikan. Tentu saja dengan semua perbaikan yang dilakukan. Artinya, pekerjaan rumah telah selesai dikerjakan. 

So long Arrows. See you next season as a Champion.