Di Australia, ia pasti di panggil Timmy. Nama lengkapnya Timotius Haniel. Mahasiswa dengan segudang prestasi di sebuah kampus dengan kualitas edukasi mumpuni. Ya, gampang menebaknya. ITHB. Itu sudah pasti. Capaian terakhirnya adalah terpilih menjadi salah satu mahasiswa yang belajar di Stanford University. Kenapa terpilih? Alasannya cuma satu, Timmy memiliki kemampuan brilian di atas rata-rata.
Sepulangnya dari negeri Paman Sam, anak muda ini kembali menorehkan prestasi luar biasa. Ia diterima bekerja di Boston Consulting Group -disingkat BCG. Bagi yang belum ngeh, BCG adalah perusahaan konsultan manajemen kelas dunia. Masuk dalam 3 besar dari sisi revenue. Artinya sederhana. Ini adalah perusahaan super sukses, bukan kaleng-kaleng. Ada juga makna tersirat. Masuk kerja di sini itu pasti susah. Harus pintar -kalau boleh terbaik dari antara yang terbaik. Istilah kerennya, best of the best.
Timmy pun melalui perjuangan untuk bisa diterima di sini. Buktinya ia baru diterima di percobaan kedua. Dia diterima sebagai Case Team Assistant/Project Support. Ada dua tahapan wawancara. Khusus yang terakhir, Timmy harus berhadapan dengan seorang petinggi perusahaan -berbasis di Bangkok Thailand. Ia adalah seorang Italia. 28 Juli 2022, mimpinya menjadi kenyataan. Ia menerima surat penawaran untuk bekerja di BCG.
Detail pekerjaan nanti tidak bisa ia ceritakan. Menurutnya, itu bersifat confidential atau rahasia. Ya sudah gak apa-apa. Mungkin di tulisan lain, ia bisa bercerita panjang lebar tentang tanggung jawabnya di perusahaan itu. Terpenting adalah, prestasi yang ia ukir. Jika berbicara hal itu, tentu tak terlepas di mana ia menuntut ilmu. Juga ada faktor Ketuhanan di sana. Beberapa kali Timmy berkata “Puji Tuhan”. Itu adalah ekspresi syukur seraya mengakui campur tangan ilahi dalam setiap prestasi. Banyak cara orang bisa lupa sama Tuhan. Apalagi ketika sukses. Tapi tidak bagi Timmy.
“Puji Tuhan bahwa berkat Tuhan luar biasa melimpah dalam kehidupan saya. Saya percaya bahwa Tuhan memiliki rencana yang luar biasa dalam kehidupan manusia, termasuk saya. Saya hanya berprinsip bahwa saya harus mengutamakan Tuhan dalam kehidupan saya. Biarlah Tuhan yang mengatur dan merancang semua yang terjadi dalam kehidupan saya, jika Tuhan tidak berkehendak, maka biarlah Tuhan yang mengatur dan memberikan segalanya bagi kita.”
Itu curahan hati Timmy. Hebat betul mentalitas anak muda ini. Tapi siapa sangka ia juga memiliki rasa kuatir, juga takut. BCG merupakan karier perdananya sebagai seorang profesional. Alih-alih menjadi pendorong, kerja di perusahaan top dunia bisa jadi beban. Jika tak bijak, bisa jadi bumerang karier. Untung, Timmy suka tantangan. Demikian juga dengan karier yang sebentar lagi ia jalani di BCG. Baginya itu adalah tantangan. Bicara demikian, kesiapannya ada di titik tertinggi. Tentu mencakup semua lini. Ia ingin menjadi seorang profesional dengan skill set lengkap. Faktor penting untuk menjadi kompetitif di tengah ketat -dan kejamnya- persaingan dunia kerja.
Tentang ITHB bagaimana? Kampus ini tidak pernah berhenti menghasilkan sumber daya manusia unggul. Megahnya bangunan di kawasan Dipati Ukur Bandung, berbanding sejajar dengan dahsyatnya kualitas para mahasiswa dan lulusannya. Tak heran, belum lulus anak-anak ITHB sudah di-booking berbagai perusahaan. Timmy digembleng di sana. Jika dibilang mujur atau beruntung, mungkin ia tidak setuju. Baginya, semua sudah diatur oleh Tuhan. Tidak ada yang kebetulan. Ia mengutip sebuah ayat dari Alkitab. “TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN! “ -(Ayub 1:21b). Ini bukan hal mengherankan karena ITHB menyiapkan mahasiswa secara holistik. Bukan hanya akademis yang disiapkan, namun faktor spiritualitas juga amat diperhatikan. Buat apa pintar tapi akhlak buruk. Intelegensi dan keimanan bak lintasan rel yang harus berjalan sejajar. Salah satu tidak bisa dihilangkan.