Mereka bukan entertainer meski memiliki skill mumpuni sebagai musisi dan penyanyi. Ketika ikut kompetisi, target yang diusung bukan bagaimana jadi nomor satu. Terdengar absurd? Jelas. Buat apa tanding jika tidak ingin menang. Lalu apa dong motivasinya? Ada dua. Pertama sangat berhubungan dengan “the real identity”. Kedua adalah menjadi duta bagi kampus tercinta, Institut Teknologi Harapan Bangsa.
The real identity. Maksudnya apa?
Worshipper. Itu identitas sebenarnya. Pelayanan musik rohani bukan sekedar hiburan atau pertunjukan. Siapa saja yang terlibat dalam pelayanan ini harus benar-benar mengerti dan memiliki dasar pengetahuan Firman Tuhan yang solid. Hubungan dengan Tuhan mesti dibangun setiap saat.
“Membawakan lagu sekuler atau lagu di luar lagu rohani itu bisa menunjukan semua skill kita. Tetapi sangat berbeda ketika melayani Tuhan. Di sana diperlukan kesatuan hati, kesatuan pikiran dan tidak egois. Menjadi True Worshipper yang sejati itu bukan menunjukan skill atau seberapa keren band kita, melainkan apakah orang yang mendengar merasakan hadirat Tuhan atau tidak,” demikian tutur Bryan Mesakh, salah seorang personil LIMIT Band ITHB.
Sebuah pengertian yang sangat dalam. Mereka bisa membedakan antara penyembahan dan pertunjukan. The quality of a ministry on the stage is determined with the quality of life off the stage. Mereka percaya bahwa pelayanan bukan hanya di atas panggung namun juga dalam hidup sehari-hari seperti kuliah, pekerjaan, dan keluarga.
“Pelayanan kita yang sesungguhnya adalah kualitas karakter pada setiap hari yang dijalani. Apakah hidup kita bisa menjadi berkat atau tidak bagi sesama,” lanjut Bryan.
Itu sebabnya konsep yang diusung bukan berbicara tentang kegiatan musikal, bukan berbicara tentang lagu, format lagu, pilihan lagu, interpretasi lagu, ekspresi, ataupun improvisasi. Limit Band mengerti bahwa ketika bermusik dan menyanyi -entah itu dalam sebuah kompetisi atau pelayanan gerejawi-, mereka berbicara tentang Tuhan yang mereka puji dan sembah.
Menjadi Duta ITHB.
Ketika akan mengikuti kompetisi bertajuk “Indonesia Bagi Kemuliaan-Mu” yang dihelat oleh Universitas Maranatha Bandung, LIMIT Band berhasil menjadi juara ke-3 nasional. Pencapaian yang sangat baik untuk tim yang dibentuk satu bulan sebelum ajang tersebut digelar.
“Event ini terbagi ke dalam 2 tahap, yaitu tahap seleksi dan tahap final. Di tahap seleksi kami membawakan lagu sesuai tema yang berjudul Indonesia Bagi Kemuliaan-Mu. Sementara untuk tahap final lagu berjudul Bersorak dari JPCC Worship menjadi pilihan kami,” urai Bryan.
Sebagai duta-duta ITHB, Bryan Mesakh dan kawan-kawan sukses menset-up “panggung” untuk menggaungkan kampus tercinta. Prestasi yang diraih juga tidak terlepas dari support system ITHB yang terjalin dengan baik. Ketika pada akhirnya LIMIT Band menjadi terbaik ke-3, itu adalah berkat Tuhan dan upah yang diraih atas ketaatan.